Nama : Delvayanti
Kelas : 4 EB 18
Npm : 21210773
1.
Apa yg dimaksud etika?
Istilah Etika berasal
dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan
bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak,
perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
2.
Bagaimanakah tahap perkembangan moral,
karakteristik individu dan variabel struktural mempengaruhi keputusan manajer
untuk berperilaku etis dan tidak etis?
Dalam
penelitiannya Lawrence Kohlberg berhasil
memperlihatkan 6 tahap dalam seluruh proses berkembangnya pertimbangan moral
anak dan orang muda. Keenam tipe ideal itu diperoleh dengan mengubah tiga tahap
Piaget/Dewey dan menjadikannya tiga “tingkat” yang masing-masing dibagi lagi atas
2 “tahap”. ketiga “tingkat” itu adalah tingkat prakonvensional, konvensional
dan pasca-konvensional.
·
Tahap prakonvensional sering kali berperilaku
“baik” dan tanggap terhadap label-label budaya mengenai baik dan buruk, namun
ia menafsirkan semua label ini dari segi fisiknya (hukuman, ganjaran
kebaikan) atau dari segi kekuatan fisik mereka yang mengadakan peraturan
dan menyebut label tentang yang baik dan yang buruk. Tingkat ini biasanya ada pada anak-anak yang berusia empat hingga sepuluh tahun.
·
Tingkat kedua
atau tingkat konvensional juga
dapat digambarkan sebagai tingkat konformis, meskipun istilah itu mungkin
terlalu sempit. Pada tingkat ini, anak hanya menuruti harapan keluarga,
kelompok atau bangsa, dan dipandangnya sebagai hal yang bernilai dalam dirinya,
tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata. Individu tidak hanya berupaya
menyesuaikan diri dengan tatanan sosialnya, tetapi juga untuk mempertahankan,
mendukung dan membenarkan tatanan sosial itu.
·
Tingkat pasca-konvensional
dicirikan oleh dorongan utama menuju ke prinsip-prinsip moral otonom, mandiri,
yang memiliki validitas dan penerapan, terlepas dari otoritas kelompok-kelompok
atau pribadi-pribadi yang memegangnya dan terlepas pula dari identifikasi si
individu dengan pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok tersebut. Pada tingkat
ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral
yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan terlepas dari otoritas kelompok
atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu
3.
Apa kode etik itu dan bagaimana cara
meningkatkan keefektifannya ?
Kode
etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai seseorang
yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Kode etik profesi,
kode; yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau
benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin
suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga
dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis.Kode etik ; yaitu norma atau
azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku
sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.
Ø Cara
meningkatkan keefektifan kode etik adalah dengan cara membuat kode etik profesi sendiri akan menetapkan hitam
atas putih niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki.
Hal ini tidak akan pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang
berisikan nilai-nilai dan citacita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang
bisa mendarah daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan
untuk dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang harus
dipenuhi agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya
di awasi terus menerus. Pada umumnya kode etik akan mengandung sanksi-sanksi
yang dikenakan pada pelanggar kode etik.
4. Bagaimana
manajer mengambil keputusan yang etis ?
Etika merupakan kode yang berisi prinsip
dan nilai moral yang mengatur perilaku orang atau kelompok terkait dengan apa
yang benar atau salah. Sedangkan Etika Manajemen merupakan standar kelayakan pengelolaan organisasi yang
memenuhi kriteria etika.
Kriteria untuk membuat keputusan
yang etis :
Dilemma etika merupakan situasi yang muncul ketika
semua alternative pilihan atau perilaku dianggap tidak diinginkan karena
potensi konsekuensi yang negatif, sehingga menimbulkan kesulitan untuk
membedakan yang baik dan yang salah. Para manajer yang menghadapi pilihan etis
yang sulit seperti ini sering memanfaatkan pendekatan normatif yang berdasarkan
norma-norma untuk membimbing pembuatan keputusan mereka. Etika normatif
menggunakan beberapa pendekatan untuk menggambarkan nilai-nilai acuan dalam pembuatan
keputusan yang etis. Empat diantaranya yang relavan baghi para manajer adalah
pendekatan manfaat, pendekatan individualisme, pendekatan hak-hak moral, dan
pendekatan keadilan.
·
Pendekatan manfaat
(utilitarian approach),
Pendekatan yang dikemukakan oleh para filsuf diabad kesembilan Belasyakni Jeremy Bentham dan Jhon Stuart Mill
menyatakan bahwa perilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi kelompok
mayoritas. Atau dengan kata lain bahwa perilaku moral menghasilkan kebaikan
paling utama dengan jumlah sebesar mungkin.
·
Pendekatan Individualisme (individualism approach),
merupakan tindakan dianggap bermoral jika tindakan tersebut mendukung
kepentingan jangka panjang individu yang akhirnya mengarah pada kebaikan yang
lebih besar. Tujuan pribadi individu adalah yang terpenting, dan
kekuatan-kekuatan eksternal yang membatasi tujuan pribadi tersebut harus sangat
dibatasi.
·
Pendekatan hak-hak moral (moral-right approach) menegaskan bahwa manusia mempunyai hak-hak
asasi dan kemerdekaan yang tak dapat diambil oleh keputusan seorang individu.
Maka pada sebuah keputusan yang benar secara etika adalah keputusan-keputusan
yang tidak melanggar hak asasi dari mereka yang dipengaruhi oleh
keputusan-keputusan tersebut.
·
Pendekatan keadilan (Justice approach) menyatakan bahwa keputusan-keputusan moral harus
didasarkan pada standar, keadilan, kewajaran, dan tidak memihak. Tiga jenis
keadilan menjadi perhatian para manajer.
Ada beberapa ciri-ciri dalam
pengambilan keputusan yang etis:
- Pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah.
- Sering menyangkut pilihan yang sukar.
- Tidak mungkin dielakkan.
- Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman, tabiat dan lingkungan sosial.
5. Jelaskan
faktor-faktor yang menentukan intensitas etika dan dari keputusan?
Intensitas mengenai etika ditentukan
oleh beberapa faktor:
1.
Tingkat kesepakopaatan bahwa
tindakan tersebut salah.
2.
Besar kemungkinan tindakan tersebut menimbulkan dampak
negatif.
3.
Cepat tidaknya dampak negatif tersebut terasa.
4.
Kedekatan pelaku tindakan dengan mereka yang potensial
menjadi korban
5.
Besar dampak tindakan terhadap korban
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar