Sabtu, 28 September 2013

Etika Profesi Akuntansi


Nama : Delvayanti
Kelas : 4 EB 18
Npm  : 21210773
1.      Apa yg dimaksud etika?
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
2.      Bagaimanakah tahap perkembangan moral, karakteristik individu dan variabel struktural mempengaruhi keputusan manajer untuk berperilaku etis dan tidak etis?
Dalam penelitiannya Lawrence Kohlberg berhasil memperlihatkan 6 tahap dalam seluruh proses berkembangnya pertimbangan moral anak dan orang muda. Keenam tipe ideal itu diperoleh dengan mengubah tiga tahap Piaget/Dewey dan menjadikannya tiga “tingkat” yang masing-masing dibagi lagi atas 2 “tahap”. ketiga “tingkat” itu adalah tingkat prakonvensional, konvensional dan pasca-konvensional.
·         Tahap prakonvensional sering kali berperilaku “baik” dan tanggap terhadap label-label budaya mengenai baik dan buruk, namun ia menafsirkan semua label ini dari segi fisiknya (hukuman, ganjaran kebaikan) atau dari segi kekuatan fisik mereka yang mengadakan peraturan dan menyebut label tentang yang baik dan yang buruk. Tingkat ini biasanya ada pada anak-anak yang berusia empat hingga sepuluh tahun.
·         Tingkat kedua atau tingkat konvensional juga dapat digambarkan sebagai tingkat konformis, meskipun istilah itu mungkin terlalu sempit. Pada tingkat ini, anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok atau bangsa, dan dipandangnya sebagai hal yang bernilai dalam dirinya, tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata. Individu tidak hanya berupaya menyesuaikan diri dengan tatanan sosialnya, tetapi juga untuk mempertahankan, mendukung dan membenarkan tatanan sosial itu.
·         Tingkat pasca-konvensional dicirikan oleh dorongan utama menuju ke prinsip-prinsip moral otonom, mandiri, yang memiliki validitas dan penerapan, terlepas dari otoritas kelompok-kelompok atau pribadi-pribadi yang memegangnya dan terlepas pula dari identifikasi si individu dengan pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok tersebut. Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu

3.      Apa kode etik itu dan bagaimana cara meningkatkan keefektifannya ?
Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Kode etik profesi, kode; yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis.Kode etik ; yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.
Ø  Cara meningkatkan keefektifan kode etik adalah dengan cara membuat kode etik profesi sendiri akan menetapkan hitam atas putih niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal ini tidak akan pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan nilai-nilai dan citacita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang bisa mendarah daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya di awasi terus menerus. Pada umumnya kode etik akan mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada pelanggar kode etik.

4.      Bagaimana manajer mengambil keputusan yang etis ?
Etika merupakan kode yang berisi prinsip dan nilai moral yang mengatur perilaku orang atau kelompok terkait dengan apa yang benar atau salah. Sedangkan Etika Manajemen merupakan standar kelayakan pengelolaan organisasi yang memenuhi kriteria etika.
Kriteria untuk membuat keputusan yang etis :
Dilemma etika merupakan situasi yang muncul ketika semua alternative pilihan atau perilaku dianggap tidak diinginkan karena potensi konsekuensi yang negatif, sehingga menimbulkan kesulitan untuk membedakan yang baik dan yang salah. Para manajer yang menghadapi pilihan etis yang sulit seperti ini sering memanfaatkan pendekatan normatif yang berdasarkan norma-norma untuk membimbing pembuatan keputusan mereka. Etika normatif menggunakan beberapa pendekatan untuk menggambarkan nilai-nilai acuan dalam pembuatan keputusan yang etis. Empat diantaranya yang relavan baghi para manajer adalah pendekatan manfaat, pendekatan individualisme, pendekatan hak-hak moral, dan pendekatan keadilan.
·         Pendekatan manfaat (utilitarian approach), Pendekatan yang dikemukakan oleh para filsuf diabad kesembilan Belasyakni Jeremy Bentham dan Jhon Stuart Mill menyatakan bahwa perilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi kelompok mayoritas. Atau dengan kata lain bahwa perilaku moral menghasilkan kebaikan paling utama dengan jumlah sebesar mungkin.
·         Pendekatan Individualisme (individualism approach), merupakan tindakan dianggap bermoral jika tindakan tersebut mendukung kepentingan jangka panjang individu yang akhirnya mengarah pada kebaikan yang lebih besar. Tujuan pribadi individu adalah yang terpenting, dan kekuatan-kekuatan eksternal yang membatasi tujuan pribadi tersebut harus sangat dibatasi.
·         Pendekatan hak-hak moral (moral-right approach) menegaskan bahwa manusia mempunyai hak-hak asasi dan kemerdekaan yang tak dapat diambil oleh keputusan seorang individu. Maka pada sebuah keputusan yang benar secara etika adalah keputusan-keputusan yang tidak melanggar hak asasi dari mereka yang dipengaruhi oleh keputusan-keputusan tersebut.
·         Pendekatan keadilan (Justice approach) menyatakan bahwa keputusan-keputusan moral harus didasarkan pada standar, keadilan, kewajaran, dan tidak memihak. Tiga jenis keadilan menjadi perhatian para manajer.
Ada beberapa ciri-ciri dalam pengambilan keputusan yang etis:
  • Pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah.
  • Sering menyangkut pilihan yang sukar.
  • Tidak mungkin dielakkan.
  • Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman, tabiat dan lingkungan sosial.
5.      Jelaskan faktor-faktor yang menentukan intensitas etika dan dari keputusan?
Intensitas mengenai etika ditentukan oleh beberapa  faktor:
1.      Tingkat kesepakopaatan bahwa tindakan tersebut salah.
2.      Besar kemungkinan tindakan tersebut menimbulkan dampak negatif.
3.      Cepat tidaknya dampak negatif tersebut terasa.
4.      Kedekatan pelaku tindakan dengan mereka yang potensial menjadi korban
5.      Besar dampak tindakan terhadap korban

Sumber :









Nama : Delvayanti
Kelas : 4 EB 18
Npm  : 21210773
1.      Apa yg dimaksud etika?
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
2.      Bagaimanakah tahap perkembangan moral, karakteristik individu dan variabel struktural mempengaruhi keputusan manajer untuk berperilaku etis dan tidak etis?
Dalam penelitiannya Lawrence Kohlberg berhasil memperlihatkan 6 tahap dalam seluruh proses berkembangnya pertimbangan moral anak dan orang muda. Keenam tipe ideal itu diperoleh dengan mengubah tiga tahap Piaget/Dewey dan menjadikannya tiga “tingkat” yang masing-masing dibagi lagi atas 2 “tahap”. ketiga “tingkat” itu adalah tingkat prakonvensional, konvensional dan pasca-konvensional.
·         Tahap prakonvensional sering kali berperilaku “baik” dan tanggap terhadap label-label budaya mengenai baik dan buruk, namun ia menafsirkan semua label ini dari segi fisiknya (hukuman, ganjaran kebaikan) atau dari segi kekuatan fisik mereka yang mengadakan peraturan dan menyebut label tentang yang baik dan yang buruk. Tingkat ini biasanya ada pada anak-anak yang berusia empat hingga sepuluh tahun.
·         Tingkat kedua atau tingkat konvensional juga dapat digambarkan sebagai tingkat konformis, meskipun istilah itu mungkin terlalu sempit. Pada tingkat ini, anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok atau bangsa, dan dipandangnya sebagai hal yang bernilai dalam dirinya, tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata. Individu tidak hanya berupaya menyesuaikan diri dengan tatanan sosialnya, tetapi juga untuk mempertahankan, mendukung dan membenarkan tatanan sosial itu.
·         Tingkat pasca-konvensional dicirikan oleh dorongan utama menuju ke prinsip-prinsip moral otonom, mandiri, yang memiliki validitas dan penerapan, terlepas dari otoritas kelompok-kelompok atau pribadi-pribadi yang memegangnya dan terlepas pula dari identifikasi si individu dengan pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok tersebut. Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu

3.      Apa kode etik itu dan bagaimana cara meningkatkan keefektifannya ?
Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Kode etik profesi, kode; yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis.Kode etik ; yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.
Ø  Cara meningkatkan keefektifan kode etik adalah dengan cara membuat kode etik profesi sendiri akan menetapkan hitam atas putih niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal ini tidak akan pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan nilai-nilai dan citacita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang bisa mendarah daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya di awasi terus menerus. Pada umumnya kode etik akan mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada pelanggar kode etik.

4.      Bagaimana manajer mengambil keputusan yang etis ?
Etika merupakan kode yang berisi prinsip dan nilai moral yang mengatur perilaku orang atau kelompok terkait dengan apa yang benar atau salah. Sedangkan Etika Manajemen merupakan standar kelayakan pengelolaan organisasi yang memenuhi kriteria etika.
Kriteria untuk membuat keputusan yang etis :
Dilemma etika merupakan situasi yang muncul ketika semua alternative pilihan atau perilaku dianggap tidak diinginkan karena potensi konsekuensi yang negatif, sehingga menimbulkan kesulitan untuk membedakan yang baik dan yang salah. Para manajer yang menghadapi pilihan etis yang sulit seperti ini sering memanfaatkan pendekatan normatif yang berdasarkan norma-norma untuk membimbing pembuatan keputusan mereka. Etika normatif menggunakan beberapa pendekatan untuk menggambarkan nilai-nilai acuan dalam pembuatan keputusan yang etis. Empat diantaranya yang relavan baghi para manajer adalah pendekatan manfaat, pendekatan individualisme, pendekatan hak-hak moral, dan pendekatan keadilan.
·         Pendekatan manfaat (utilitarian approach), Pendekatan yang dikemukakan oleh para filsuf diabad kesembilan Belasyakni Jeremy Bentham dan Jhon Stuart Mill menyatakan bahwa perilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi kelompok mayoritas. Atau dengan kata lain bahwa perilaku moral menghasilkan kebaikan paling utama dengan jumlah sebesar mungkin.
·         Pendekatan Individualisme (individualism approach), merupakan tindakan dianggap bermoral jika tindakan tersebut mendukung kepentingan jangka panjang individu yang akhirnya mengarah pada kebaikan yang lebih besar. Tujuan pribadi individu adalah yang terpenting, dan kekuatan-kekuatan eksternal yang membatasi tujuan pribadi tersebut harus sangat dibatasi.
·         Pendekatan hak-hak moral (moral-right approach) menegaskan bahwa manusia mempunyai hak-hak asasi dan kemerdekaan yang tak dapat diambil oleh keputusan seorang individu. Maka pada sebuah keputusan yang benar secara etika adalah keputusan-keputusan yang tidak melanggar hak asasi dari mereka yang dipengaruhi oleh keputusan-keputusan tersebut.
·         Pendekatan keadilan (Justice approach) menyatakan bahwa keputusan-keputusan moral harus didasarkan pada standar, keadilan, kewajaran, dan tidak memihak. Tiga jenis keadilan menjadi perhatian para manajer.
Ada beberapa ciri-ciri dalam pengambilan keputusan yang etis:
  • Pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah.
  • Sering menyangkut pilihan yang sukar.
  • Tidak mungkin dielakkan.
  • Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman, tabiat dan lingkungan sosial.
5.      Jelaskan faktor-faktor yang menentukan intensitas etika dan dari keputusan?
Intensitas mengenai etika ditentukan oleh beberapa  faktor:
1.      Tingkat kesepakopaatan bahwa tindakan tersebut salah.
2.      Besar kemungkinan tindakan tersebut menimbulkan dampak negatif.
3.      Cepat tidaknya dampak negatif tersebut terasa.
4.      Kedekatan pelaku tindakan dengan mereka yang potensial menjadi korban
5.      Besar dampak tindakan terhadap korban

Sumber :